Genangan Harian di Pangeran Jayakarta

Hari Rabu ini, negara tetangga kita Singapura dikejutkan dengan banjir cukup tinggi di Orchard Road dan dua lokasi lainnya, yang pada titik tertentu hingga sampai dada orang dewasa. Konon menurut harian Strait Times, banjir tersebut didahului dengan curah hujan tinggi, sekitar 100 mm dalam jangka waktu 2 jam, yaitu 60% dari total curah hujan perkiraan di bulan Juni.

Anomali alam tersebut mungkin tidak dapat diduga oleh pemerinta Singapura dengan badan-badan terkaitnya, seperti PUB (Public Utilities Board) dan Badan Lingkungan Hidup Singapura; sehingga segala macam infrastruktur pengendali banjir seperti Marina Barrage, tidak mampu mengantisipasi tingginya curah hujan yang disaat bersamaan bertepatan dengan tingginya muka air laut.

Namun yang terjadi hampir setiap hari di Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat, bukanlah sebuah fenomena alam, ataupun anomali alam. Selama hampir 2 tahun, setiap harinya sekitar 20-30% Jalan Pangeran Jayakarta tersebut digenangi oleh air – terlebih pada sisi bagian selatan. Jika kurang akrab dengan nama jalan tersebut, Jalan ‘Pangjay’ – demikian sebutan akrab masyarakat sekitar merupakan jalan yang sejajar dengan Jalan Arteri Mangga Dua dan jalan yang menghubungkan Gunung Sahari dan daerah Pinangsia. Lokasi Pangjay yang demikian strategis, menjadi tempat favorit untuk kantor hingga bengkel dan dealer mobil, mulai dari usaha percetakan, toko besi hingga pasar malam dan warung-warung makan di malam hari.

Akhirnya genangan air harian itu dianggap biasa saja, padahal air tersebut menggenangi jalan sepanjang lebih dari 200 meter, dengan ketinggian genangan di daerah tertentu mencapai lutut orang dewasa. Ada upaya-upaya memperbaiki, seperti normalisasi saluran, namun tetap saja genangan air itu kembali lagi. Ketika hujan tiba, ketinggian air bertambah. Jika curah hujannya tinggi, maka hampir seluruh jalan tergenang.

Bahkan tutur seorang supir taksi ketika melewati jalan tersebut, banyak supir taksi dan mobil boks serta pengemudi motor yang memanfaatkan genangan air tersebut untuk mencuci mobil dan motor. Menurutnya, air genangan tersebut tidak kotor dan tidak berbau, jadi baik-baik saja ketika digunakan untuk mencuci.

Lalu siapakah yang bersalah dalam hal ini ? Airnya?  Dinas Pekerjaan Umum, Pengembang yang semena-mena membangun ratusan ruko tanpa resapan air?, warga? Atau jangan-jangan laut pasang yang salah?

Lalu pertanyaan lain, sebetulnya darimanakah air itu? Air pasang laut kah, air got kah, atau bocoran air bersih? Genangan tersebut tidak berbau, padahal terjadi setiap hari. Tidak ada sampah di genangan tersebut. Kondisi genangan air tersebut tentu sesuatu ironi, ketika bulan April lalu, Jakarta Utara – wilayah Jakarta yang berseberangan persis dengan jalan tersebut, mengalami krisis air bersih.

Tapi tanpa menyalahkan siapapun juga, genangan harian di ‘Pangjay’ bukanlah hal biasa, dan harus ditindaklanjuti sebagai hal yang luar biasa, seperti halnya banjir dadakan di Orchard Road tersebut.

Berikut ilustrasi kondisi harian Jalan Pangeran Jayakarta, walaupun sedang tidak hujan

Seorang ibu susah payah menyeberangi jalan, sementara angkot gelap berhenti di kanan jalan utk mengangkut penumpang
Sudah biasa, jadi mobil pun melintas cepat
Sisi utara jalan, yang relatif memiliki ketinggian air lebih rendah dibandingkan sisi selatan

One thought on “Genangan Harian di Pangeran Jayakarta

  1. Rachmadi Triatmojo says:

    Masalah ini memang perlu di cermati.
    Bahkan ketika saya tinggal di Jakarta hal ini sudah terjadi.
    Berarti sekitar 5 tahun yang lalu.
    Kenapa ya ? Apakah permukaan Jalan Pangeran Jayakarta yang turun ? lebih rendah dari laut ? Masak sih??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *