Kelas Pelatihan Perencanaan Bersama: Merencanakan Ruang Publik Bersama di Kampung Akuarium

Penulis : Annasya Koesty Fadhillah | Mahasiswa Arsitektur. Universitas Indonesia

Sebagai salah satu kota metropolitan terpadat di dunia, Jakarta menghadapi tantangan serius dalam hal ruang publik. Ruang Publik merupakan ruang yang dimiliki oleh publik dan dapat diakses serta dimanfaatkan oleh masyarakat secara bebas (Kementerian PUPR, 2015). Keberadaan ruang publik berkontribusi meningkatkan kenyamanan dan keamanan masyarakat serta mendukung aktivitas sosial ekonomi masyarakatnya. Dengan fungsinya yang signifikan kota Jakarta masih minim memiliki ruang publik yang dapat diakses secara bebas oleh masyarakat umum. Area publik seperti pantai mengalami privatisasi atau taman/plataran kota yang bisa diakses gratis namun terbatas jam operasionalnya. 

Di area pemukiman, ruang publik juga dibutuhkan sebagai ruang ketiga bagi masyarakatnya. Ruang bagi anak-anak dan remaja untuk bermain serta mengembangkan kemampuannya. Ruang bagi ibu-ibu untuk bercengkrama dan bapak-bapak melepas penat. Meski DKI Jakarta telah memiliki konsep Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), tidak dipungkiri jumlahnya masih terbatas dan pemilihan lokasi seringkali jauh dari pemukiman warga. 

Dalam rangka mengatasi permasalahan tersebut, Rujak Center for Urban Studies mengambil tema “Optimalisasi Ruang Publik di Kampung Susun Akuarium” sebagai topik praktek lapangan peserta Pelatihan Perencanaan Bersama. Tema ini dipilih untuk mengangkat isu ruang publik di permukiman yang memenuhi kebutuhan warga yang belum terakomodir di Kampung Susun Akuarium, lokasi belajar dan praktek lapangan pelatihan kali ini.

Pelatihan ini sudah rutin dilakukan oleh RCUS dan sudah mencapai angkatan ke-7. Kelas ini bertujuan agar peserta memahami pentingnya ruang publik bersama dan mengedukasi peserta bagaimana melibatkan warga dalam proses perencanaan dan pembangunan ruang publik di kampung kota. Pelatihan dilakukan selama 2 hari pada tanggal 28 Mei dan 1 Juni 2023. 

Kegiatan dibuka dengan kelas teori yang akan memberikan landasan pemahaman tentang konteks perkotaan dan kampung kota kepada peserta. Pemaparan dijelaskan oleh Elisa Sutanudjaja, Pendiri dan Direktur dari Rujak Center for Urban Studies. Teori pertama membahas terkait Hak Asasi Manusia atas Hunian Layak. Pemahaman mengenai hak asasi manusia terkait hunian layak menjadi penting karena setiap warga memiliki hak untuk tinggal di tempat yang aman, nyaman, dan memadai. Teori ini akan menggarisbawahi pentingnya membangun ruang publik bersama sebagai bagian dari hak tersebut.

Dilanjutkan dengan Pengenalan tentang Kampung Kota. Peserta akan mempelajari karakteristik, keunikan, dan tantangan yang dihadapi oleh kampung kota dalam konteks urbanisasi yang cepat. Hal ini penting untuk memahami konteks dimana perencanaan ruang publik bersama akan dilakukan. 

Pembahasan selanjutnya berkaitan dengan struktur modul dan tata cara penggunaan alat bantu perencanaan  bersama. Peserta akan dikenalkan dengan berbagai teknik atau instrumen yang dapat membantu meningkatkan keterlibatan warga dalam proses perencanaan ruang publik. Tujuannya adalah untuk membekali peserta dengan keahlian fungsional yang dapat dimanfaatkan dalam penciptaan area publik komunal di dalam permukiman perkotaan.

Sesi berikutnya dilanjutkan oleh Amalia Nur Indah Sari, Arsitek serta Researcher dari Rujak Center for Urban Studies. Materi ini membahas  prinsip-prinsip perencanaan bersama. Peserta akan mempelajari konsep-konsep penting terkait  keterlibatan masyarakat. Prinsip tersebut kemudian menjadi dasar untuk desain dan implementasi rencana ruang publik bersama oleh para peserta.

Pembahasan lebih lanjut membahas mengenai teknik pemetaan partisipatif. Pendekatan ini melibatkan keterlibatan warga dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengembangan wilayah publik. Dengan melibatkan anggota masyarakat dalam proses pemetaan, keputusan yang dihasilkan akan lebih disesuaikan dengan kebutuhan dan harapan khusus mereka. Citizen participation, dimana masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa campur tangan pemerintah. Hal ini menjadi sangat penting dalam mewujudkan kampung kota yang mengutamakan kebutuhan penghuni yang akan bertinggal di dalamnya.

Dalam mempersiapkan perencanaan ini, memahami latar belakang kontekstual dari lokasi utama sangatlah penting. Kampung-kampung di Jakarta memiliki keistimewaan yang beragam, seperti penduduk yang beragam dengan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya. Dengan mengembangkan pemahaman yang komprehensif tentang lingkungan setempat, pelatihan ini bertujuan membekali peserta dengan keterampilan yang diperlukan untuk terlibat secara efektif dengan masyarakat.

Sebagai program utama, setiap peserta yang terdaftar dalam kelas ini akan melakukan perjalanan ke kampung yang telah ditentukan (dalam angkatan ini adalah Kampung Akuarium). Perjalanan ini menjadi kesempatan untuk mendapatkan pemahaman langsung tentang masalah dan mengetahui potensi yang ada pada masyarakat sekitar dalam upaya membangun ruang bersama. Dengan melibatkan warga dan mendapatkan pengetahuan tentang kebutuhan dan preferensi mereka, setiap peserta akan mendapatkan wawasan yang berharga.

Setibanya mereka di kampung yang dituju, akan dilakukan pemetaan sebagai dasar perencanaan kegiatan bersama warga. Proses pemetaan partisipatif akan memerlukan keterlibatan masyarakat setempat dalam mengidentifikasi kawasan yang layak untuk dikembangkan sebagai ruang publik. Warga akan didorong untuk berbagi wawasan mereka, mengungkapkan kebutuhan dan aspirasi mereka, dan berbagi keahlian mereka di bidang yang relevan. Inisiatif pemetaan ini akan memfasilitasi pengertian antara warga dan peserta pelatihan mengenai kondisi saat ini dan peluang untuk berkembang.

Pada proses pemetaan kampung secara partisipatif, warga dan peserta dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: Kelompok 1 (membahas ruang-ruang aktivitas sosial, pendidikan, rekreasi, keagamaan di Kampung Akuarium), kelompok 2 (membahas ruang-ruang kegiatan ekonomi, parkir dan lalu lintas orang dan kendaraan di Kampung Akuarium), dan kelompok 3 (membahas ruang-ruang berkumpul informal, kelompok yang paling ramai karena melibatkan banyak kelompok anak-anak). Peserta dan kelompoknya akan berdiskusi dan menyusun usulan untuk mengoptimalkan ruang publik yang menaungi aktivitas yang menjadi fokus masing-masing kelompok. Pada akhir program pelatihan ini, masing-masing kelompok akan mengumpulkan usulan yang dihasilkan. 

Peserta melakukan praktek perencanaan di kelompok masing-masing.

Setelah acara selesai, ternyata banyak peserta yang memiliki insight baru. Dari kegiatan perencanaan partisipatif tersebut didapat sebuah hal baru terkait  bagaimana pola pikir warga di Kampung Akuarium yang mungkin berbeda dengan apa yang diekspektasikan peserta di awal. Beberapa kesan dan pesan dari para peserta:

“Pengalaman yang didapat selama proses perencanaan memperkaya pengetahuan dan alat analisis perusahaan masa depan. Banyak konflik dan perselisihan, seperti yang terjadi di Kampung Susun Bayam, namun status Kampung Akuarium sebagai proyek percontohan terbukti menjadi inisiatif yang menjanjikan.”

  • “Semangat komunitas di Kampung Akuarium sangat kuat dan tim yang terlibat dalam proses perencanaan sangat ahli dan berbakat. Tokoh masyarakat setempat Pak RT mengenal setiap warga, dan gagasan imajinatifnya berperan penting dalam proses perencanaan.” -Peserta
  • “Selama proses perencanaan, pengalaman warga memainkan peran penting dalam membentuk keinginan dan keputusan mereka. Memahami latar belakang dan alasan di balik upaya ini sangat penting. Misalnya, keinginan untuk mendesain ulang tempat parkir dan menata bisnis lokal berakar dari latar belakang warga.” -Peserta
  • “Meski bertransformasi menjadi konsep hidup vertikal, rasa keakraban dan esensi budaya desa masih bisa dirasakan di Kampung Akuarium. Warisan alam dan budaya masyarakat yang terjalin erat berlanjut di pemukiman yang ditata secara vertikal ini.” -Peserta

Pada akhirnya, Kelas Pelatihan Perencanaan Bersama ini diharapkan meningkatkan kemampuan perencana baik itu arsitek, urban planner, dan pembuat kebijakan untuk melibatkan masyarakat dalam kerja perencanaannya, bahkan hingga pembangunan dan pengelolaannya. Para peserta diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam proses perencanaan dan pembangunan di kampung atau komunitas lain tempatnya beraktivitas. Dengan partisipasi masyarakat yang kuat, keputusan akan mencerminkan kebutuhan dan aspirasi warga, menuju kawasan yang lebih berkelanjutan dan inklusif.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *