Membayangkan Rencana 6 Ruas Tol Dalam Kota Baru

Wacana mengenai 6 ruas Tol Dalam Kota baru mencuat sejak 5 tahun silam diprakarsai oleh (katanya) Badan Usaha Milik Derah DKI Jakarta yang bernama PT Jakarta Tollroad Development. Pemerintah nasional sempat menyepakati pembangunan tersebut di akhir 2007, untuk dimulai di tahun 2009. Namun banyak sekali pro dan kontra terkait dengan rencana tersebut. Kontra kebanyakan diusung oleh pecinta lingkungan yang mengkhawatirkan dampak lingkungan dan limpahan kemacetan tersebut paska beroperasinya jalan tol tersebut. Perlahan isu tersebut diam-diam mengendap, dan untuk sementara rencana 6 ruas jalan tol dalam kota ditinggal, dan beralih kepada 2 proyek jalan layang non tol sepanjang Antasari dan Casablanca.

Kedua studi transportasi terpenting mengenai Jabodetabek, yaitu Sitramp phase 1 dan Sitramp phase 2 (The Study on Integrated Transportation Masterplan for Jabodetabek) sama sekali tidak memberikan anjuran terhadap program 6 ruas jalan tol dalam kota yang baru ini. Dan akhirnya studi JUTPI (Jabodetabek Urban Transportation Policy Integration) 2010-2012 memasukkan program ad hoc tersebut sebagai perhitungan baru terhadap rencana transportasi.

PT Jakarta Tollroad Development merupakan peleburan 2 BUMD lain yaitu PT Pembangunan Jaya dan PT Jakarta Propertindo, yang keduanya bergerak di bidang properti. Perkawinan antara properti dan infrastruktur transportasi betul-betul idaman. Namun di awal tahun 2011 isu jalan tol dalam kota baru ini mencuat kembali, bersamaan dengan hendak ditetapkannya Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Jakarta 2030. Demikian sekiranya kronologis selama 1 tahun ke belakang dirangkum dari berbagai informasi dari media:

25 Agustus 2011

Pengesahan Peraturan Daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2011-2030

1 Oktober 2011

24 perusahaan mengambil formulir pendaftaran dokumen lelang prakualifikasi

Lelang Prakualifikasi Enam Ruas Jalan Tol Dalam Kota

Nilai tender tahun 2011: Rp 40 triliun

Panjang proyek enam ruas jalan tol: 67,74 km dengan sebagian besar melayang diatas tanah, sepanjang jalur sungai (seperti Banjir Kanal Barat, jalan (contoh jalan Daan Mogot), dan jalur kereta api (sepanjang Slipi-Senayan)

Tahap pertama: Ruas Semanan-Sunter sepanjang 17,88 km dengan nilai investasi Rp 9,76 triliun; Ruas koridor Sunter-Bekasi Raya sepanjang 11 km dengan nilai investasi Rp 7,37 triliun.

Tahap kedua: Ruas Duri Pulo-Kampung Melayu sepanjang 11,38 km dengan nilai investasi Rp 5,96 triliun; Kemayoran-Kampung Melayu sepanjang 9,65 km dengan nilai investasi Rp 6,95 triliun.

Tahap ketiga: Ruas koridor Ulujami-Tanah Abang sepanjang 8,27 km dengan nilai investasi Rp 4,25 triliun.

Tahap keempat: Ruas Pasar Minggu-Cassablanca sepanjang 9,56 km dengan nilai investasi Rp 5,71 triliun.

TOTAL PROYEK tahun 2012 (dengan inflasi dan kenaikan harga tanah) RP 43 TRILIUN

Rencana lebar lajur: 25.8 meter. Rencananya di tiap lajur akan ada 1 lajur transportasi umum.

12 Oktober 2011

Pengembalian formulir tender

Pemprov DKI membentuk satu konsorsium Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) DKI yaitu PT Jakarta Propertindo dan PT Pembangunan Jaya Grup dibawah PT Jakarta Tol Road Development (PT JTRD); sebagai pemrakarsa proyek pembangunan enam ruas jalan tol.

14 Oktober 2011  

PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PT PII) mempelajari penyediaan jaminan untuk proyek enam ruas jalan tol.

Syarat untuk lolos tender adalah harus memiliki aset sebesar Rp 12 Triliun sebagai penjaminan pelaksanaan konstruksi jalan tol tersebut atau 30% dari total proyek

27 Oktober – November 2011

PT Jakarta Toll Road Development mendapatkan hasil evaluasi dari BPJT

Dari 24 peserta tender, hanya 1 yang lolos.

PT Jakarta Toll Road Development lolos prakualifikasi untuk konstruksi 6 ruas jalan tol

BPJT memperpanjang periode dari 28 Oktober 2011 menjadi 28 November 2011 karena hanya satu perusahaan yang lolos prakualifikasi

Januari 2012

Masih menunggu penomoran Perda RTRW 2011-2030 oleh Kementrian Dalam Negeri dan Raperda dalam Rencana Detil Tata Ruang (RDTR) yang masih dalam tahap pembahasan. Sehingga tender tidak dapat dilakukan.

Konsorsium Jakarta Toll Road Development merupakan gabungan dari PT Jakarta Propertindo Pembangunan Jaya Grup sebagai BUMD DKI, dan beberapa BUMN dan perusahaan swasta: PT Hutama Karya, PT Pembangunan Perumahan Tbk, PT Wijaya Karya Tbk, PT Adhi Karya Tbk dan PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk.

11 April 2012  

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerbitkan surat penetapan lokasi pembangunan (SP2LP) proyek 6 ruas jalan tol

15 Mei 2012

PT Jakarta Toll Road Development mengajukan surat penawaran dan menunggu persetujuan Menteri Pekerjaan Umum

Juni 2012

Konsorsium PT Jakarta Toll Road Development memperkirakan kebutuhan anggaran pembebasan lahan mencapai 5,4 triliun karena harga tanah di Jakarta dinilai tinggi

Akhir September 2012

Penandatanganan perjanjian pengusahaan enam ruas jalan tol dalam kota

 2013

Pembebasan lahan keseluruhan.

Rencana dimulainya proses pembangunan.

 

Rujak telah mendapatkan presentasi dan file video presentasi. Rujak juga sedang dalam tahap meminta informasi kelengkapan, seperti Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL). Ada 2 AMDAL yang sepatutnya dilakukan oleh BUMD tersebut yaitu AMDAL selama proses konstruksi berlangsung dan AMDAL paska konstruksi selesai/operasional.

Berikut adalah beberapa gambar ilustrasi yang kami ambil dari file presentasi. Apakah warga familiar dengan konstruksi jalan layang non tol di Casablanca dan Antasari? Jika ya, kali ini ular beton akan melewati sekitar 60 kilometer di atas Jakarta.

Peta Rencana 6 Ruas Jalan Tol Dalam Kota
Persimpangan antara JORR W1 dan 6 Ruas Toldalkot di atas perempatan Cengkareng Jl. Daan Mogot

 

Persimpangan antara JORR W1 dan 6 ruas Toldalkot diatas perempatan Cengkareng. Saat ini sudah ada 3 ruas flyover melintasi perempatan ini,
Melayang sepanjang samping rel kereta di Pesing, Jakarta Barat. Menanti tanggapan PT Kereta Api.
Tahu-tahu muncul melintasi Jalan Daan Mogot, sebelum jalur keluar masuk jalan layang Daan Mogot, dekat Mal Citraland Grogol
Melintasi jalan Gajah Mada-Hayam Wuruk tepat melayang diatas jalan Zainul Arifin disamping Gajah Mada Plaza. Jalan Zainul Arifin hanya selebar 15 meter, sementara ruas jalan tol direncanakan 25 meter
Melintasi Jl Samanhudi dan perempatan Angkasa-Gunung Sahari, dibawah itu ada underpass Jl. Angkasa.
Detil sekitar underpass Jl. Angkasa menuju Kemayoran
Salah satu interchange/simpang susunMelintasi Kampung Melayu, dekat Banjir Kanal Barat.
Di daerah Pejompongan, dekat rusun Bendungan Hilir
Interchange/Simpang Susun Casablanca, dekat hotel Harris Tebet. Bertumpuk entah berapa lapis jalan layang. Ditambah juga ada jalan layang non tol Casablanca
Interchange/Simpang susun di Kemayoran, melintas diatas kampung padat Kemyoran-Sunter.
Melintas sepanjang Banjir Kanal Barat, diatas Jl. Sudirman, di samping stasiun Sudirman dan Gedung Landmark
Tampak bawah dari Sudirman. Kira-kira berapa tingginya?
Melintasi Kuningan di sepanjang Jalan Kendal, Menteng.
Pencitraan dari kaki flyover Menteng-Kuningan. Kira-kira tingginya berapa meter?
Interchange/Simpang Susun dekat Hotel Harris Tebet.
Melintas diatas flyover Slipi, melewati flyover toldalkot lama, disamping Gedung Jakarta Design Center menuju Senayan.
Melintas dekat Manggala Wanabhakti sepanjang jalur kereta api Palmerah
Anda kenal Tugu Pancoran? Lihat berapa dekat ruas jalan tol baru itu dengan Tugu Pancoran?

Silakan menjadi bahan pertimbangan bagi warga. Apakah proyek 40T ini benar-benar dibutuhkan oleh Jakarta? Bayangkan, berapa sekiranya jalur TransJakarta yang bisa dibuat dari ini? Berapa jalur MRT? Berapa km rel kereta api baru?

Dukung Gubernur kita untuk tetap konsisten menolak Rencana Pembangunan 6 Jalan Toldalkot baru. Klik disini:

 

 

26 thoughts on “Membayangkan Rencana 6 Ruas Tol Dalam Kota Baru

  1. giorgio says:

    kalau benar benar akan menggugat (lewat jalur hukum), count me in okay..probono for sure..

    oiya, menarik juga kalau diceritakan bagaimana kronologus dan pengalaman permintaan informasi amdal-nya.

  2. aulia says:

    Terlaksana atau tidak ini bukti bahwa pemda DKI abai pada pelayanan umum (transportasi publik). Melalui BUMDnya Pemda DKI bertindak seperti layaknya perusahaan swasta yang hanya ingin mengeruk untung.

  3. dono says:

    Ada satu konsep menarik yg bisa menjelaskan fenomena ini: land use transport interaction. Kebetulan kantor saya baru akan menganggarkan risetnya tahun depan. Kita lihat, seberapa matang interaksi antara keduanya sudah dipikirkan olwh si perencana proyek.

  4. Tarun Melwani says:

    Perihal ini menunjukkan keuntungan bagi para pengemudi mobil. Semoga dipertuntukkan berbagai sarana jalanan dan pedestrian agar rencana ini dapat berdampingan dengan keperluan kenyamanan bagi para pejalan kaki

  5. F.P. Anggriani says:

    Hubungan rencana ini dengan Pola Transportasi Makro Jakarta, bagaimana ya? Dalam presentasinya, terdapat alokasi bus bay, namun apakah rencana ini juga terintegrasi dengan jalur koridor2 bus way dan feedernya?

    Terima kasih

  6. Ontroseno says:

    Dibenaknya perencana 6 tol dalam kota — semua penghuni jkt pakai mobil pribadi — mungkin ada yg mau tarik komisi proyek 40 T dg modal jabatan — tdk ada indikasi kaitan dg publik transport, busway, krl dll

  7. Didier says:

    Gambar-gambar ini menyesatkan: Tidak ada mobil-mobil di atas jalan-jalan layang-jalan layang itu, dan di ujung-ujungnya, seolah lalu lintas lancar.

  8. B. Dwiagus says:

    saya cuman tertarik dengan peleburan 2 BUMD itu,.. kok jadinya PT.Jakarta Tollroad Development,…. parah…
    mestinya kalu mau melebur antara PT Pemb jaya dan Pt Popertindo harusnya jadi PT yang fokus pada Pengembangan kawasan (Land Development) – semacam public land develeopment agency,… kok malah jadi PT yg fokus pada pembangunan TOll… Bah!!!
    mesti dievaluasi lagi tuh kebijakan merger 2 BUMD itu…

  9. Pingback: Mimpi Transportasi Publik Jakarta | mind over matter

  10. Sutan says:

    Jujur, Jakarta jadi terlihat mengerikan dng 6 ruas tol baru ini.

    Sepengetahuan saya, hingga kini PT Jakpro dan PT Pembangunan Jaya tetap berjalan masing-masing. PT Jakarta Toll Road Dev. bukan merupakan hasil merger, tapi bentukan/patungan kedua BUMD tsb dengan BUMN dan swasta lain sebagaimna yg tertulis dlm artikel.

  11. Hendra says:

    Ga kebayang bakal macet seberapa parah nih Jakarta. Tol yang sudah ada saja sudah memperlihatkan macetnya seperti apa, karena dengan bertambahnya jalan pasti memancing pengendara pribadi karena iming2 lancar. Makin banyak pengguna kendaraan pribadi, makin padat lagi deh kendaraannya. Bukan jalan yang ditambah kalau
    kendaraan pribadi yang lewat malah nambah 2-10 kali lipat. Moda transportasi masal yang nyaman dan aman saja yang perlu ditingkatkan. Kalau perlu batasi saja pengguna kendaraan pribadi biar penggunaan bahan bakar juga berkurang.

  12. inne says:

    Saya sudah baca proposalnya sejak th 2005/2006 yang sempat heboh dikalangan sektoral, kemudian sempat sepi… & kmd muncul lagi tiba-tiba di penghujung pengesahan RTRW Prov. DKI yll.

    Sbg warga DKI, saya sangat tidak setuju dng 6 ruas jalan Tol IIR/inner-inner ring road ini. Mengapa? Selain ‘proses perencanaannya yg tidak melibatkan publik’ spt jl Layang jl. P. Antasari, juga karena dalam proposal tsb TIDAK ADA justifikasi basa-basi, terlebih argumentasi secara teori/ilmiah/kajian komprehensif yg bisa dipertg jwbkan kpd warga DKI bhw Tol IIR tsb akan menyelesaikan masalah lalu-lintas & transportasi kota, selain TERTULIS ‘HANYA’ untuk MENARIK INVESTOR;

    Seyogyanya pak Jokowi- pak Basuki mengingatkan kpd Pt Jkt Propertindo & PT Pembangunan Jaya agar melakukan studi kajian komprehensif, public hearing kpd seluruh warga Jakarta & persetujuan tertulis dari semua pemilik tanah yg pandangan muka/belakang/samping lahannya akan dilalui jalan Tol IIR ini; Jangan sampai okupasi ‘street picture’ di sepanjang jl. P. Antasari-Dharmawangsa yang secara psikologis ‘mengerikan’ bagi penghuni disekitarnya, akan terulang lagi.

    Masyarakat selalu di faith accomply & dianggap bodoh, seolah-olah gagasan tsb keputusan solusi perkotaan yg benar. Justru harus dipertanyakan kembali, keberadaan BUMD-BUMD ini, apakah selama ini ada pada jalur yg benar? (wewenang/tg jawab/peran/kiprahnya?);

    Inne.
    Warga DKI penghuni/pemilik lahan di Jkt Selatan dng akses masuk satu-satunya dari jl Dharmawangsa.

    • syukri says:

      Seharusny pemerintah berpikir komitmen dengan memajukan transportasi umum gar lebih baik n menekan jumlah mobil pribadi dijalan”,lah kok malah memanjakan mobil pribadi dgn membuat jln”baru.”orang dulu bilang lebih baik naik kuda makan rumput daripada naik kuda makan bensin,jd gak perlu ngaspal jalan,ngebor minyak,macet”an,gusur” tanah warga,polusi udara.jadikan duit negara bisa cukup untuk bidang yg lain contohny pertahanan,pendidikan,kesehatan masyarakatny”.

  13. Pingback: Serial Infografis: Transportasi Umum VS Pribadi « Rujak

  14. pradaksina says:

    Atmosfernya sepertinya sekarang mendukung untuk pembatalan jalan tol ini.

    Namun ada 1 hal yg saya tertarik, yaitu-karena kengototan gubernur lama akan jalan tol ini, Menteri PU setuju dan kemudian melaksanakan tender, dan suda ada pemenangnya kalau gak salah.

    Nah, kira2 pembatalan ‘sepihak’ (jika jadi dibatalkan) oleh Pemda DKI ini akankah membawa konsekuensi hukum, mengingat sudah ada pemenang tender? Apa yg harus disiapkan gubernur DKI untuk menghadapi konsekuensi hukum ini?

    Tks

  15. Pingback: hotel marrakech

  16. sungguh says:

    Jika mengacu pada anggaran MRT bandara sebesar 6T sepanjang 30KM maka per kilometer biayanya sebesar 200M. Walaupun tidak rasional nilai proyeknya. Namun mengacu budget 40T,maka MRT sepanjang 200km dpt dibangun dgn jalur subway (bawah tanah) tanpa membuat macet.

    Tapi saya setuju utk membangun MRT elevate. Membuat para pengguna kendaraan sadar, betapa mereka membutuhkan kereta api cepat.

    Pemerintaah singapore membangun MRT sejak 20tahun lalu, kita sangat ketinggalan. Hari ini sudah mengangkut hampir 5juta penumpang. Pdhl penduduknya sekitar 10juta. Can you imagine?

  17. Pingback: Antasari nan Absurb « Rujak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *