Foto Cover : Antara/Didik Suhartono
Di tengah kegelisahan akan penyebaran kasus Covid-19, perhatian terhadap kondisi kampung kota dan bagaimana siasat warga ‘bertahan’ dalam menghadapi pandemik ini menjadi suatu fenomena yang menarik untuk dipelajari.
Mengingat kampung kota dikenal sebagai permukiman yang padat dan tidak sedikit yang masih memiliki masalah dengan infrastruktur dasar seperti air bersih dan sanitasi yang layak. Kondisi ini yang menjadikan kampung kota wilayah yang sangat rentan akan penyebaran Covid-19.
Namun di sisi lain, warga kampung kota umumnya memiliki rasa solidaritas dan semangat gotong royong yang tinggi. Sehingga ketika dihadapkan dengan berbagai pembatasan, ada banyak inisiasi kreatif yang dilakukan warga sebagai upaya untuk dapat menjaga kampungnya.
Tidak heran jika sekarang marak warga yang mulai melakukan karantina lokal seperti menutup jalan kampung agar tidak ada warga luar yang masuk. Hal ini merupakan bentuk ‘aksi damai’ yang dilakukan warga untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Menurut Deri dari Komunitas Anak Kali Ciliwung (KAKC), pembatasan akses masuk kampung dilakukan pada sebagian akses saja agar tidak menghalangi warga beraktivitas mengingat sebagian besar bekerja di sektor informal. Di depan gerbang sendiri ditempatkan wastafel portable agar warga dapat mencuci tangan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam kampung. Pembatasan akses ternyata membawa berkah tersembunyi bagi warga KAKC, karena jumlah kendaraan bermotor lalu lalang berkurang banyak dan akhirnya jalan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan publik, termasuk olahraga.

Selain itu warga juga mulai saling mengingatkan untuk selalu menggunakan masker ketika berada di luar rumah dan dilakukan penyemprotan desinfektan secara berkala di jalan-jalan kampung. Sosialisasi terkait Covid-19 juga selalu digaungkan menggunakan banner dan pengeras suara di mushola.
Upaya diatas lahir dari inisiasi warga sendiri yang merasa tergerak untuk melakukan tindakan preventif dalam menghadapi pandemik ini. Meskipun demikian, warga juga masih mengalami kesulitan dalam mengendalikan pergerakan warga secara keseluruhan karena masih minimnya pemahaman warga dalam perkembangan Covid-19 dan protokol penerapan jaga jarak fisik sendiri.
Warga kampung kota terbiasa hidup dalam lingkungan yang padat. Tentunya peraturan menjaga jarak sangat krusial dalam berkegiatan bersama yang mengharuskan warga untuk berbagi ruang komunal. Oleh karena itu dibutuhkan inovasi ruang kampung yang tidak menghalangi masyarakat beraktivitas namun juga tetap terjaga keamanannya.
Pemanfaatan ruang kampung dapat dilakukan dengan memahami aspek-aspek apa saja yang harus dihindari dalam mencegah penyebaran coronavirus. Dalam hal ini adalah kondisi Lembab, Dekat dan Ramai (LDR). Kondisi lembab yang dimaksud adalah kondisi ruangan yang memiliki sirkulasi udara yang buruk. Dekat yaitu dengan memastikan jarak kontak sosial dengan orang lain memenuhi jarak minimum dalam jaga jarak fisik. Ramai yaitu dengan menghindari tempat-tempat dengan jumlah orang yang banyak.

Berdasarkan paparan Carlos Nemesis dari ITDP, Studi di kota Burlington menunjukkan bahwa selama masa pandemi ini terdapat banyak intervensi yang dikembangkan untuk mendukung mobilitas pejalan kaki dalam menerapkan jaga jarak fisik. Salah satu bentuk intervensinya adalah pengalokasian ruang jalan menjadi shared street yang hanya boleh dilalui orang dan pembatasan parkir on street untuk memperluas ruang pejalan kaki.

Dengan mengaplikasikan konsep open street, yang memanfaatkan jalan tidak hanya sebagai akses namun juga sebagai ruang publik yang organik, warga dapat menggunakan jalan yang sepi sebagai tempat beraktivitas dan bahkan berolahraga di bawah pengawasan pemerintah dan juga warga kampung sendiri.
Sebagai contoh, saat ini ada warga yang menggunakan ruas-ruas jalan yang sepi untuk urban farming seperti yang dilakukan oleh serikat tani di Semarang dan ada juga yang memanfaatkan koridor jalan sendiri sebagai arena bermain ping-pong. Aktivitas ini terdengar sederhana namun menjadi ‘angin segar’ bagi warga yang sudah berbulan-bulan melakukan isolasi mandiri di dalam rumah.
Menurut pandangan Ubedillah Badrun sebagai sosiolog, pandemik ini merupakan peristiwa non-psikologis yang memiliki dampak luar biasa pada psikologis masyarakat. Misalnya anak-anak yang terbiasa bermain petak umpet dan harus berhenti karena adanya PSBB selama 2-3 bulan ini, apa yang mereka lakukan dalam situasi seperti ini?
Tidak dipungkiri #dirumahaja dapat meningkatkan stress dan bahkan symbolic violence di tengah-tengah warga yang tinggal dalam permukiman yang padat. Oleh karena itu kehadiran berbagai macam kegiatan kreatif warga dalam ruang komunal kampung harusnya tidak dihindari namun diimbangi dengan pemahaman warga terhadap penerapan jaga jarak fisik dan pembatasan sosial yang baik.
Aksi warga merupakan sebuah tindakan responsif yang dilakukan warga kampung kota untuk menyiasati kondisi kampung yang rentan terhadap penyebaran Covid-19. Oleh karena itu adanya Panduan Kampung Siaga Covid-19 disusun secara partisipatif bersama tim kerja Koperasi Kampung Aquarium Bangkit Mandiri dan Rujak Center for Urban Studies untuk memberikan gambaran terkait apa yang bisa dilakukan warga di tengah situasi pandemik ini.
Panduan Kampung Siaga Covid-19 ini masih berupa draft dan menerima masukan dari publik hingga 10 Juni 2020 di info@rujak.org. Panduan ini dapat menjadi referensi bagi warga dan pemerintah lokal dalam meredam penyebaran coronavirus dalam skala lingkup kampung kota. Dalam konteks DKI Jakarta, panduan tersebut dapat membantu RW maupun level Kelurahan hingga Provinsi dalam memastikan kesiagaan kampung kota, terlebih di masa transisi PSBB dan masih adanya 66 RW yang memilik tingkat penyebaran Covid-19 tinggi. Dalam panduan ini, terdapat aspek tindakan terkait langkah-langkah yang perlu dilakukan dan aspek implementasi yang tujuannya memberikan skema teknis penerapan di lapangan.


Panduan ini bersifat umum sehingga sangat terbuka untuk diadaptasi dan diimprovisasi oleh masing-masing kampung kota untuk disesuaikan dengan budaya dan karakter setempat. Setiap warga kampung kota juga berhak berpartisipasi dalam pengembangan dan penyusunan modul untuk diaplikasikan di kampungnya masing-masing.

Dalam penerapan panduan tersebut menjadi rencana dan impelementasi Kampung Siaga, maka setidaknya ada 3 prinsip penting, yaitu:
- Kontekstual dan berbasis data
- Partisipatif dan Inklusif
- Evaluasi berkala
Besar harapan melalui panduan ini, warga dapat terinspirasi untuk menciptakan siasat-siasat lainnya dalam menghadapi wabah ini atau bahkan tantangan lain yang muncul di masa mendatang.
Untuk mendengarkan paparan terkait, dapat dilihat di Webinar Rujak-ITDP Sesi Daring #1: Siasat Warga Hadapi Corona
Lebih lanjut mengenai PSBB Masa Transisi DKI Jakarta:
- Peraturan Gubernur 51 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar pada Masa Transisi Menuju Masyarakat, Sehat, Aman dan Produktif.
- Keputusan Gubernur 563 tahun 2020 tentang Pemberlakuan, Tahapan dan Pelaksanaan Kegiatan/Aktivitas Pembatasan Sosial Berskala Besar pada Masa Transisi Menuju Masyarakat Sehat, Aman dan Produktif.