Tenggeland: Seni, Perlawanan, dan Kota Fiksi Terpinggirkan

Setiap pameran memiliki narasi, tetapi Tenggeland lebih dari sekadar susunan karya seni. Kurator Elisa Sutanudjaja merancang pameran ini sebagai kritik yang menggugah, menerjemahkan isu-isu kompleks tentang kota dan kebijakan teknokratis ke dalam pengalaman visual yang tajam.

Apakah boleh sekritis itu? Tentu saja! Seni publik bukan sekadar estetika; ia adalah bentuk perlawanan yang hidup. Tenggeland merangkul semangat seni jalanan untuk menantang pembangunan yang sering kali menyingkirkan masyarakat rentan. Dalam semangat yang mungkin akan disetujui oleh Banksy, pameran ini mempertanyakan bagaimana kota dirancang, siapa yang berhak atas ruang, dan bagaimana seni dapat mengganggu narasi dominan yang sering mengabaikan realitas sosial.

Kurasi Tenggeland tidak hanya memilih seniman yang berbicara tentang krisis ruang urban, tetapi juga membangun dialog antara publik dan kota. Seni tidak hanya untuk dikagumi, tetapi untuk membangun wacana yang lebih inklusif. Dalam dunia yang penuh perencanaan top-down, Tenggeland mengingatkan bahwa perlawanan bisa hadir dalam bentuk mural di tembok, proyeksi di gedung, atau intervensi di ruang-ruang kota yang terpinggirkan.

Salah satu sisi dinding pameran yang menyajikan ratusan dokumen, laporan, jurnal, peta, dan foto yang menggambarkan ketertenggelaman Jakarta serta solusi yang ditawarkan oleh para teknokrat.

Pameran ini bukan hanya tentang melihat, tetapi tentang memahami, mempertanyakan, dan mungkin, mengubah cara kita melihat kota dan masa depannya. Seperti misalnya instalasi Detak Retak yang tersembunyi sebagai #HiddenGem Penasaran? RSVP melalui link s.id/detak-retak Untuk merasakan pengalaman sensorik di instalasi ini.

Kami juga membuka kesempatan untuk mengikuti workshop Up:town yang merupakan simulasi kota yang dikembangkan oleh City Science Lab Hamburg. Metode Up:town memungkinkan peserta memahami dinamika dan tantangan dalam perencanaan kota secara interaktif, serta mengeksplorasi solusi inovatif yang dapat diterapkan dalam konteks lokal. Workshop ini akan dibimbing oleh mentor dari City Science Lab, yaitu Hilke Berger dan Annika Kuehn. Silakan mendaftar melalui tautan berikut ini.

Pada bulan ini kami juga menerbitkan tulisan-tulisan dari peserta-peserta magang kami yang membahas lebih dalam tentang krisis iklim seperti Raissa Almira yang membahas tentang desain pasif di bidang arsitektur atau Benaya Valentino yang membahas tentang solusi berbasis alam (nature based solutions). Baca selengkapnya di website kami ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *