Oleh: Elisa Sutanudjaja
Sejak awal, Rujak Center for Urban Studies (RCUS) dibentuk bukan sebagai pusat pengetahuan tertutup, tetapi sebagai ruang kolaborasi. Kami percaya bahwa perubahan kota—menuju ruang hidup yang adil dan berkelanjutan—hanya bisa dicapai melalui kerja bersama. Inilah dasar dari pendekatan Urbanisme Warga, di mana warga bukan sekadar objek kebijakan, tetapi penghasil pengetahuan dan penggerak perubahan.
Dalam lebih dari satu dekade kerja-kerja kami, satu hal yang konsisten kami pelajari adalah bahwa berkoalisi bukan sekadar strategi, melainkan kebutuhan. Ketika kami ikut membentuk Koalisi Maleh Dadi Segoro pada 2019, kami menyaksikan langsung bagaimana krisis pesisir tidak bisa dijawab dengan satu jenis keahlian saja. Pengalaman warga, kerja advokasi, seni, riset, dan pengorganisasian harus berjalan bersama.
Kebutuhan akan pengetahuan yang plural juga menjadi semakin penting—terutama ketika pendekatan teknokratik dan eksklusif gagal menjawab kompleksitas krisis ruang dan iklim. Program Pluralizing bersama Koalisi Maleh Dadi Segoro menjadi ruang belajar lintas aktor, mempertemukan warga, akademisi, dan aktivis untuk membangun narasi dan solusi yang lebih adil serta memastikan transformasi gender dalam setiap langkahnya.
Di tengah ketimpangan dan penyusutan ruang demokrasi, koalisi menjadi cara untuk bertahan dan bergerak. Kami mengajak pembaca untuk mendukung kerja-kerja kolektif ini—dengan membaca, menyebarkan, terlibat, atau sekadar mendengarkan. Kota ini terlalu penting untuk diserahkan pada logika pasar atau teknokrasi saja.
Mari terus membangun koalisi. Karena kota adalah ruang hidup bersama, bukan milik segelintir.
Ikuti kegiatan Koalisi kami lainnya, yaitu Koalisi Perumahan Gotong Royong yang memperjuangkan hak atas hunian layak, terutama bagi kaum miskin di sektor informal melalui pendekatan berbasis kolektif.

