Perencanaan partisipatif untuk transportasi di Kampung Akuarium
Transportasi publik di Jakarta mengalami peningkatan besar dalam hal layanan dan infrastrukturnya pada beberapa tahun terakhir. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa masih banyak kawasan permukiman padat dan kampung kota yang belum terjangkau transportasi publik. Padahal, apabila dilihat dari kepadatan penduduk, kampung kota (yang merupakan 60% luas wilayah DKI Jakarta) adalah tempat bermukim sebagian besar warga Jakarta dan seharusnya menjadi target utama dalam gerakan peralihan menuju transportasi publik massal. Kurangnya infrastruktur transportasi publik yang layak dan handal bagi warga kampung kota terbukti dengan ketergantungan masyarakat akan kendaraan pribadi, yang dapat dilihat dari banyaknya jumlah kendaraan bermotor yang dimiliki. Tak jarang dalam satu keluarga memiliki lebih dari 2-3 kendaraan bermotor untuk memenuhi kebutuhan beraktivitas anggota keluarganya.
Rujak Center for Urban Studies bekerjasama dengan MRT Jakarta untuk mengadakan sesi lokakarya pada kegiatan TOD Fair yang telah berlangsung pada 7-8 Juli 2022. RCUS memanfaatkan kegiatan tersebut untuk mempopulerkan konsep Transit Oriented Development yang inklusif. Dengan menggunakan pendekatan TOD inklusif, mengubah cara pandang dalam perencanaan integrasi hunian dan transportasi publik tidak hanya berfokus pada pembangunan hunian atau kawasan baru, melainkan juga melalui peningkatan infrastruktur dan layanan transportasi publik di kawasan permukiman padat dan kampung kota. Selain bertujuan meningkatkan infrastruktur berkeadilan di kota, cara pembangunan ini juga lebih efisien memanfaatkan potensi lahan di tengah kota.
Elisa Sutanudjaja, direktur eksekutif Rujak Center for Urban Studies membuka acara lokakarya dengan memberikan pernyataan bahwa dominasi penggunaan kendaraan bermotor sebagai moda andalan masyarakat Jakarta disebabkan karena infrastruktur transportasi publik yang belum menjangkau banyak kawasan padat di Jakarta. Selain itu, kebijakan subsidi BBM yang berlaku membuat seakan biaya bensin harian lebih irit daripada pengeluaran sesungguhnya.
Ketergantungan pada kendaraan bermotor juga memiliki dampak-dampak yang jarang diperhitungkan. Contohnya seperti kebutuhan ruang parkir yang tidak sedikit, pengeluaran untuk pajak kendaraan, tarif parkir ketika bepergian, perawatan kendaraan, dampak kesehatan fisik dan psikis dalam berkendara di tengah kemacetan Jakarta yang semakin semrawut, dan beragam biaya lainnya yang tidak dihitung dalam pengeluaran sehari-hari, namun tetap wajib dikeluarkan ketika kita memiliki kendaraan pribadi.
Sedangkan transportasi publik yang mudah dijangkau, ekonomis dan dapat diandalkan juga memiliki peran penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Transportasi publik yang dapat diandalkan memudahkan masyarakat untuk melakukan perjalanan lebih jauh dan mempersingkat waktu tempuh rutin seperti sekolah maupun bekerja, sehingga memberi lebih banyak pilihan dan kesempatan bagi masyarakat dibanding bergantung pada area sekitar tempat tinggalnya saja. Warga juga dapat menikmati fasilitas kota yang lebih bervariasi misalnya untuk sarana rekreasi. Hal ini dikenal dengan istilah upward mobility, dimana meningkatnya kondisi sosial dan ekonomi kelompok masyarakat salah satunya dengan tersedianya infrastruktur transportasi yang baik dan memudahkan untuk menjangkau semua kawasan. Hal ini menyebabkan terbukanya akses untuk berpindah sehingga dapat memperluas peluang masyarakat untuk memperoleh kesempatan dalam bekerja dan mengubah kedudukan sosial mereka.
Kegiatan lokakarya kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi kelompok bersama perwakilan warga dari Kampung Akuarium dan Muara Angke. Diskusi tersebut dipandu oleh fasilitator yang diawali dengan penjaringan aspirasi terkait moda transportasi andalan warga sehari-hari, kendala yang dihadapi untuk menggunakan transportasi publik, memetakan lokasi aktivitas sehari-hari warga dan merencanakan rute transportasi baru yang lebih efisien dan dapat mewadahi kebutuhan mobilitas mereka. Hasil dari diskusi tersebut menyatakan bahwa sebagian besar warga kampung mengandalkan motor atau ojek/taksi online untuk mencapai tempat mereka beraktivitas sehari-hari. Selain itu, kendaraan umum di sekitar kampungnya seperti bajaj dan odong-odong juga diandalkan untuk aktivitas seperti ke sekolah dan pasar. Sedangkan opsi berjalan kaki dalam jarak jauh masih banyak ditempuh bagi warga yang tidak memiliki kendaraan pribadi.
Perencanaan partisipatif untuk transportasi di Muara Angke
Dengan kondisi-kondisi seperti di atas, transportasi publik tidak menjadi pilihan utama dikarenakan ketiadaan transportasi umum yang melintasi kedua kampung tersebut. Untuk menjangkau pemberhentian transportasi umum seperti Jaklingko/Mikrotrans dan angkutan kota (angkot), warga masih perlu berjalan kaki dengan jarak kurang lebih 1 km untuk mencapai titik pemberhentian armada. Selain itu, ketiadaan sarana untuk menunggu yang memadai, dan juga ketepatan waktu/informasi jadwal angkutan yang masih minim, menjadi konsiderasi warga untuk ditingkatkan kualitasnya agar transportasi umum bisa menjadi opsi andalan untuk mobilitas harian.
Lokakarya dilanjutkan dengan merencanakan setidaknya satu rute transportasi umum yang dibutuhkan warga berdasarkan hasil diskusi terkait lokasi aktivitas/transit yang rutin dikunjungi. Masing-masing kampung menandai titik-titik rute tersebut di atas peta kampungnya masing-masing. Terdapat hal-hal menarik yang dijumpai seperti bagaimana representasi perempuan/ibu cenderung mengusulkan soal rute yang melewati beberapa titik sekaligus seperti puskesmas, sekolah, pasar, pusat perbelanjaan, dan sebagainya. Berbeda dengan representasi pria yang cenderung mengutamakan efisiensi menuju transit utama seperti stasiun atau halte transit. Usulan lain yang bersifat non rute juga diutarakan oleh warga. Seperti usulan kebijakan yang menggratiskan ibu hamil dan anak sekolah dalam menggunakan transportasi publik. Temuan ini menunjukan pentingnya inklusivitas dalam kegiatan perencanaan, sehingga semua golongan yang akan menerima manfaat tersebut dapat terlibat dan didengar pendapatnya dengan baik.
Paparan usulan rencana transportasi publik di Muara Angke oleh warga
Hasil dari kegiatan lokakarya ini akan diintegrasikan pada desain penataan kawasan Muara Angke dan Kampung Susun Akuarium, untuk dapat diajukan kepada dinas terkait sehingga kampung kota juga dapat menikmati transportasi publik di Jakarta. RCUS berharap warga kota, terutama masyarakat kampung kota di tempat lain juga dapat terus terlibat dalam merencanakan kebutuhan transportasinya, sehingga infrastruktur yang dibangun bisa bermanfaat dan tepat dengan kebutuhan warga kotanya.
Penulis : Vidya Tanny, Imam Supratiko