Distopia membanjiri wacana gagasan dalam bulan pertama Gubernur dan Wakil Gubernur baru. Ini akibat yang menarik dari perjuangan Joko Widodo dan Basuki T P yang membuka kembali ruang wacana untuk berbagai proyek di Jakarta.
Lihat pada tautan ini gagasan Kementerian Perumahan Rakyat berupa susun yang mengangkangi Sungai Ciliwung. Apakah ini sesuai dengan tujuan yang ingin dicapainya?
http://www.scribd.com/doc/114093418/Rusun-Ciliwung-Usulan-Menpera#
Selain itu lihat juga: Mimpi Buruk di Tempat Salah
Selain itu ada juga berbagai gagasan angkutan umum, yang sayangnya belum kami peroleh bahan-bahannya.
Apakah Anda menemukan juga berbagai gagasan yang mencuat belakangan ini, menyambut signal keterbukaan pasangan menarik tersebut?
Pertanyaan: bagaimana pendapat pengamat tata ruang mengenai ide ini?
http://www.facebook.com/media/set/?set=a.10151260907479207.487902.856579206&type=1&ref=notif¬if_t=like
Ini usulan saya.
Saya rasa masih ada 1001 desain arsitektur yang lebih mengutamakan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi terkait dengan visi Jakarta yang lebih lestari dan berkelanjutan. Dilihat sekilas saja, solusi Kemenpera jelas tidak memenuhi kaidah keberlanjutan tersebut. Semoga ada tindaklanjut atas usulan tersebut. Semoga impian Jakarta yang lebih baik tidak hanya sekedar mimpi.
Praturan Pangmarentah No. 35 Tahun 1991 tentang Sungai:
pasal 25
dilarang mengubah aliran sungai kecuali dengan ijin Pejabat yang berwenang.
pasal 26
mendirikan, mengubah atau membongkar bangunan-bangunan di dalam ataumelintas sungai hanya dapat dilakukan setelah memperoleh ijin dari Pejabat yang berwenang.
nah, siapakah nama pejabat yang berwenang itu?
Saya baru baca email dari seseorang yang menghadiri rapat bersama Kementerian PU, Gubernur Jakarta, dan Kemenpera. Katanya: rencana rusun ini definitif dibatalkan!
Meskipun sudah batal, menurut saya perlu mencari tahu siapa arsiteknya untuk ditanya konsepnya apa.
Setuju Bung Marco, dan malah sebaiknya di semua proyek2 signifikan yg lain tercantum secara lengkap daftar konsultan yg ikut serta. Mungkin ini bisa diusulkan untuk menjadi protokol dasar di semua public projects, supaya makin terciptanya akuntabilitas yg kuat.
harus diakui, ide ini unik, meskipun tetap saya tidak setuju. Saya selalu mlihat bahwa sungai dan pinggirannya punya potensi untuk jadi area terbuka, taman atau public space lainnya, ini kok malah ‘dikangkangi’… setuju dgn mas marco, saya sgt penasaran dgn konsep arsitek yg mendesign ini….
Apa Tujuan Sebenarnya dari Rencana Menyodet 2 tanjung ( Tjg Shangyang Kalibata dan Kebon Baru dan menguruk aliran lamanya sehingga Sungai Ciliwung diperpendek 2,5 km dikali 50 m dan kedalaman rata 5 m, berapa m kubik daya tampung Ciliwung/resistensi dikurangi jika air laut pasang fungsi Ciliwung penampungan sementara sebelum dipompa ke laut?
Jawabannya adalah untuk memperoleh Lahan Gratis…..
Horeeee.. Konsultan yang Kaya, yg dapat duit banyak…..,
Buat Perencanaan seperti ini Biaya Konsultannya berapa duit…?
Sangat tidak setuju. Secara struktural desainnya terlihat kurang layak, dan sangat rentan terhadap beban gempa.
ck ck ck jadi ingin liat studi kelayakannya ntar gimana