Merancang hunian untuk empat (4) keluarga berpenghasilan menengah Jakarta di atas tanah 245 m2 (lihat lampiran) di jalan Rembang No. 11, Jakarta 10310.
Latat Belakang
(Lihat antara lain http://rujak.org/2009/08/density-myth-and-reality/)
Sudah jadi pengetahuan umum bahwa, sementara kelompok masyarakat berpenghasilan sangat tinggi kini mudah mendapatkan hunian di dalam kota (atau di mana saja, untuk hal ini), dan kelompok berpenghasilan rendah mendapatkan subsidi di dalam pusat kota atau di pinggiran kota, atau secara spontan menduduki berbagai tanah publik, kelompok berpenghasilan menengah hanya memiliki pilihan hunian berupa landed house di tepian kota, atau rumah-rumah tua di dalam kampung-kampung yang lama tidak mendapatkan peningkatan prasarana di dalam kota.
Perubahan tata-guna lahan di dalam Kota Jakarta telah mengurangi stok jumlah hunian. Penduduk Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan telah menurun secara absolut dalam sepuluh tahun terakhir. Stok hunian yang tersisa di lokasi-lokasi yang baik (dalam kepentingan modal disebut lokasi strategis”) untuk hunian karena dekat dengan lapangan pekerjaan dan sarana publik kini terus menerus mengalami ancaman alih fungsi dan harga tanah, yang antara lain secara tidak cakap dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah melalui penetapan Nilai Jual Obyek Pajak yang setinggi-tingginya mengikuti perkembangan pasar.
Perpindahan kelas menengah ke pinggir kota dalam jangka panjang akan menyebabkan matinya pusat kota di malam hari, menjadikannya tidak efisien sebagai ruang kota, dan mematikan budaya kehidupan berkota dan mengota itu sendiri. Sementara itu pengembangan sub-kota (suburbs) yang terus menerus spekulatif dan tidak efisien akan menambah kepada pencemaran lingkungan melalui polusi udara para pengulang-alik, penggerusan lahan subur, pemborosan prasarana, dan lain-lain.
Yang harus dilakukan adalah meningkatkan stok hunian di dalam kota Jakarta yang terjangkau oleh kelompok berpenghasilan menengah di Jakarta.
Yang terjangkau ini secara logis adalah meningkatkan kepadatan jumlah hunian per tiap-tiap lahan, tetapi untuk lebih banyak jumlah keluarga, bukan kepadatan fungsi lain atau untuk jumlah orang berbelanja atau untuk jumlah mobil. Ini berarti juga bukan gedung-gedung tinggi yang mahal karena perlengkapan bangunannya (lift, AC, pompa, dll), dan karena biaya struktur bangunan yang makin meningkat per meter persegi pada bangunan yang tinggi.
Tujuan
Sayembara Tidak Berhadiah ini bertujuan mengumpulkan gagasan terbaik untuk meningkatkan kepadatan hunian kelompok berpenghasilan menengah di dalam pusat kota Jakarta, melalui rancangan bangunan hunian untuk empat keluarga pada sebidang tanah yang nyata, ialah di Jalan Rembang no 11 di Jakarta Pusat.
Sayembara ini tidak menentukan batas apapun kecuali lahan yang nyata, dan peruntukan bagi hunian empat keluarga dari kelompok berpenghasilan menengah di Jakarta.
Para peserta dipersilakan menafsirkan sendiri kebutuhan (dan kemampuan serta kewajiban) keluarga berpenghasilan menengah di Jakarta. Sebab, arsitektur bukan hanya penerima terms of reference yang diterjemahkan menjadi bentuk sesuai pesanan, melainkan arsitektur sendiri berhak dan mampu merumuskan terms of reference, dengan kata lain: membayangkan sendiri masyarakat Indonesia masa depan seperti apa.
Sedangkan kelestarian dan atau keramahan terhadap lingkungan sudah dengan sendirinya harus menjadi tujuan tanpa perlu digembar-gemborkan sebagai sesuatu yang khusus atau istimewa. Yang minimal harus dicapai adalah: tidak digunakan pendingin udara, pengolahan kembali air limbah dapur dan kamar mandi, tersedia kemungkinan menggunakan panel photovoltaic, penyerapan air hujan seluruhnya ke dalam tanah (tidak dialirkan ke saluran tepi jalan), komposting, tidak digunakan mesin pengering cucian, dan tidak digunakan lampu pada siang hari.
Rancangan Tidak Perlu Terikat pada Ketentuan seperti KDB, KLB, dan Ketinggian Bangunan.
Format
Karena tujuan di atas, maka rancangan yang dimasukkan minimal perlu mencapai tahap Schematic Design. Sangat dianjurkan untuk sampai pada tahap Design Development, setidaknya untuk beberapa hal yang menentukan kinerja rancangan mencapai tujuan ramah-lingkungan dan lestari.
Rancangan dikirim hanya dalam bentuk digital ke info@rujak.org, dengan mencantumkan nama dan alamat lengkap serta email peserta, serta berbahasa Indonesia.
Format dijital yang digunakan adalah PDF, DOC, JPG, XLS, dan PPT. Besaran file maksimal 10 mb.
Bila akan menggunakan format lain, harap memberitahu penyelenggara melalui: info@rujak.org
Jadwal:
Pendaftaran (tanpa biaya): Nama, alamat, no.telpon, Alamat email, dikirim ke: info@rujak.org paling lambat tanggal 20 Oktober 2009.
Karya dikirim kepadan info@rujak.org paling lambat tanggal 20 November 2009.
Pemenang (tanpa hadiah) akan diumumkan tanggal 27 November 2009 melalui situs www.rujak.org ataupun pemberitahuan via email.
Tindak Lanjut:
Karya-karya yang diterima akan diterbitkan menjadi “buku” digital dalam bentuk PDF dan disiarkan melalui www.rujak.org dan lain-lain. Selanjutnya akan dipertimbangkan untuk diterbitkan dalam bentuk buku tercetak.
Bilamana ada gagasan khas dari sebagian atau seluruh karya peserta yang digunakan untuk mewujudkan/membangun secara nyata bangunan hunian empat keluarga ini, maka peserta yang bersangkutan akan diberitahu, mendapatkan pengakuan terbuka, dan mendapatkan imbalan yang jumlahnya akan dirundingkan.
Juri:
Dewan Juri terdiri dari para editor www.rujak.org:
Marco Kusumawijaya, Elisa Sutanudjaja, Meutia Chaerani, Andrea Fitrianto, Cecil Mariani, Armely Meiviana
Data:
1. Gambar Site (silakan unduh disini)
2. Google Map (silakan unduh disini)
Sila kunjungi situs ini untuk informasi tambahan.
Pingback: Perumahan di Pundak Generasi Muda « Rujak
Mau bertanya saja:
1. Apakah boleh mengirimkan lebih dari 1 desain?
2. Apakah boleh berkelompok?
3. Pertanyaan berkaitan dengan sayembara sebaiknya ditujukan kemana?
terima kasih…
Apa yang tidak tercantum di dalam, dan tidak bertentangan dengan, kerangka acuan Sayembara, boleh! Pertanyaan ke info@rujak.org donk.
ukuran site yg di unduh sdh terskala 1:1?thx..
Silakan diperiksa dulu CADnya dan dibaca ulang tulisan sayembara diatas mengenai luasan site nya.
mbak elisa, sepintas ada pohon cukup besar, didalam lahan bukan? posisi persisnya di mana? makasih
Ada pohon Karet Kebo (Ficus Elastica) di tepi/pagar sebelah barat (berbatasan dengan tetangga), di dalam lahan. Sepanjang pagar ini, masih di dalam lahan, ada juga pohon kamboja. Ada pohon Ketapang Kencana setinggi 10 meter, diameter pohon 17 cm di dekat pagar depan, di sebelah dalam lahan. Ada pohon jambu biji di dekat pagar depan, di luar lahan.
oom, bisa tdk posisi persis pohon itu dicantumkan di cadnya?
penting kan itu
Saya anjurkan melihat sendiri ke lokasi; supaya bisa tahu persis jenis, karakter, dan detail lainnya (yang tidak mungkin digambarkan di CAD) sehingga bisa mempertimbangkan kemungkinan pohon-pohon itu dipertahankan atau tidak.
pak marco,…maaf saya mau tanya,.masih bisa daftar untuk ikut sayembara ini atau tidak,..saya baru tau hari ini kalau ada sayembara ini,trims…maaf,..tlat 4 hari dari deadline..
stuju sma pak yusing, vegetasinya diperjelas sedikit mba..
@mamadh,
sila kirimkan email pendaftaran ke alamat diatas.
mba elisa, masi buka pendaftaran? datelinenya kapan?
fhs, sila kirim email pendaftaran ke alamat diatas.
Pingback: Pemenang Sayembara Tanpa Hadiah: Satu dalam Keberagaman « Rujak