Tidak kurang dari 3 tahun warga Kampung Akuarium telah merasakan tinggal dalam hunian sementara (shelter) selagi memperjuangkan pembangunan rumah permanen mereka dalam bentuk kampung susun. Shelter yang dibangun Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di tahun 2018 untuk 90 kepala keluarga yang bertahan dalam gubuk bedeng di lokasi penggusuran, dimaknai warga sebagai momen signifikan menuju keberhasilan perjuangan mereka mengembalikan hak bermukim yang layak. Meski wujud ideal hunian sementara yang diusulkan warga bersama pendamping teknis RCUS kepada Pemprov DKI Jakarta tidak tercapai, namun dibangunnya shelter Kampung Akuarium memiliki peran penting dalam transisi kondisi kehidupan warga ke arah yang jauh lebih baik, menuju harapan baru.
Shelter tersebut dihuni oleh warga selama 2 tahun (hingga 2020), sebelum pada pertengahan tahun 2021 shelter harus dipindahkan secara mandiri oleh warga untuk kebutuhan sterilisasi lahan dan persiapan konstruksi kampung susun. Beruntungnya, Nadya Syaza dari Virgina Commonwealth University dan Putri Salamah dari Institut Teknologi Sumatera, dua alumni magang RCUS sempat membuat dokumentasi singkat mengenai proses konstruksi dan kondisi pasca huni shelter dalam publikasi berbahasa Inggris berjudul “SHELTER : Temporary Living in Kampung Akuarium”
Sila mengakses tautan dibawah ini dan selamat membaca!
Klik Disini (PDF-Google Drive)