Editorial: Ketika Rumah menjadi Hak Asasi

ditulis oleh Elisa Sutanudjaja

Hari Hak Asasi Manusia mengingatkan kita akan pentingnya memastikan hak dasar manusia, termasuk hak atas hunian layak. Di Indonesia, hak ini sering diabaikan meski telah diakui dalam International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights (ICESCR) dan diratifikasi melalui UU 11/2005. Namun, rumah lebih sering dipandang sebagai komoditas spekulatif daripada kebutuhan dasar, mengakibatkan banyak masyarakat kehilangan akses ke hunian yang layak dan terjangkau.

Delapan tahun lalu, tulisan Leilani Farha, mantan Pelapor Khusus PBB, menginspirasi Rujak Center for Urban Studies untuk memperjuangkan hunian layak secara strategis, terutama di tengah penggusuran besar-besaran seperti di Kampung Akuarium dan Kalijodo. Rumah, lebih dari sekadar tempat tinggal, adalah pusat kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi yang mendukung martabat manusia.

Mengapa Hunian Layak Penting?

Hak atas hunian layak mencakup tujuh aspek utama, mulai dari keamanan tenurial hingga kesesuaian budaya. Keamanan tenurial adalah fondasi utama, mencegah masyarakat dari kerentanan terhadap penggusuran. Hunian juga harus terjangkau, dengan akses ke layanan dasar seperti air bersih dan sanitasi yang mendukung kehidupan sehat. Sayangnya, harga rumah yang terus naik membuat berbagai khalayak semakin sulit menghuni rumah layak di tengah kota. 

Pencapaian Rujak

Sebagai think-act tank, Rujak telah lama mengadvokasi hak atas hunian layak. Salah satu pencapaian signifikan adalah transformasi Kampung Akuarium menjadi kampung susun berbasis komunitas. Advokasi bersama Rujak dan berbagai organisasi atas Hak Hunian Layak di Jakarta mendapatkan pengakuan internasional, termasuk Gold Medal World Habitat Award 2024, bukti bahwa pendekatan berbasis komunitas dapat mengatasi krisis hunian.

Rujak juga memainkan peran penting dalam pengakuan multi-family housing melalui zonasi baru Rumah Flat dalam Pergub 31/2022 tentang Rencana Detil Tata Ruang Jakarta. Perjalanan ini dimulai dari Sayembara Tanpa Hadiah pada 2009 yang mempromosikan densifikasi sebagai solusi urban sprawl, hingga realisasi hunian empat lantai yang inklusif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Rujak pun bersama 7 keluarga mengembangkan Rumah Flat pertama di Jakarta dan kini telah ditempati. 

Rencana Publikasi Rujak 2025

Sepanjang tahun 2024 ini, Rujak terus berkomitmen untuk memproduksi pengetahuan perkotaan. Fokus publikasi berkaitan dengan advokasi Rujak sejak tahun 2016 yaitu Hak atas Hunian Layak. Di tahun 2025 mendatang kami akan mengawali tahun dengan dua publikasi kami yaitu:

  1. Kampung Susun dan Masa Depan Kampung Jakarta: Mendokumentasikan perjalanan advokasi dan pengelolaan kampung susun berbasis komunitas.
  2. Rumah untuk Warga: Terjebak dalam Krisis: Buku ini merupakan bagian dari Trilogi Rumah Warga yang mengevaluasi kebijakan perumahan nasional, menghadirkan analisis kritis, dan menawarkan rekomendasi kebijakan.
Kampung Susun dan Masa Depan Kampung Jakarta

Kampung Susun dan Masa Depan Kampung Jakarta akan bercerita tentang proses advokasi, perencanaan dan pengelolaan Kampung Susun dari sudut pandang warga, koperasi, pendamping dan arsitek komunitas. Bermula dari Kampung Susun Akuarium dan berakhir di Kampung Susun Bayam, buku ini mengupas kampung susun beserta suka duka dan keberagaman pendekatan.

Rumah untuk Warga: Terjebak dalam Krisis

Trilogi Rumah untuk Warga adalah tentang kajian komprehensif atas kebijakan perumahan nasional. Publikasi disusun sebagai trilogi yang mengupas latar belakang dan masalah secara kritis, berlanjut ke evaluasi kebijakan perumahan, untuk kemudian ditutup oleh rekomendasi. Buku berjudul Rumah untuk Warga: Terjebak dalam Krisis akan dilengkapi dengan analisa kritis, infografis dan linimasa perumahan secara komprehensif.

Publikasi akan segera terbit dan dicetak dalam jumlah terbatas. Jika Anda tertarik, daftarkan minat Anda untuk pre-order publikasi ini melalui tautan di sini.

Ayo Bergabung dan Mendukung

Pada Hari Hak Asasi Manusia ini, kami mengundang Anda untuk mendukung perjuangan hak atas hunian layak melalui program Sahabat Kota atau menjadi Relawan Kota. Mari bersama menciptakan kota yang adil, inklusif, dan berkelanjutan. 

Rumah adalah hak, bukan komoditas. Berminat mengembangkan Rumah Flat atau tinggal di Rumah Flat, kunjungi tautan survey di sini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *