Salah satu misi Rujak Center for Urban Studies adalah melakukan ko-produksi pengetahuan bersama-sama. Sekolah Urbanis, yang diselenggarakan oleh Rujak Center for Urban Studies dengan dukukngan dari Antipode Foundation, merupakan upaya Rujak memproduksi pengetahuan. Rujak percaya bahwa pengetahuan yang terus terbaharukan, dihasilkan secara bersama dan setara serta terinternalisasi adalah prasyarat untuk mendorong perubahan. Salah satu tujuan penyelenggaraan Sekolah Urbanis lainnya adalah melatih calon urbanis. Lalu apa itu urbanis?
Ada banyak penjelasan tentang apa itu urbanis. Dari versi kamus ataupun penjelasan berbagai persona mengenai apa itu urbanis, hingga yang ringan seperti forum ini. Lalu bagaimana Rujak sebagai pusat studi urban menjelaskan urbanis? Secara singkat dan sederhana kami menjelaskan urbanis dengan mengkaitkannya pada apa itu urbanisme. Jika Urbanisme adalah cara untuk memahami dan mengintepretasikan kota, maka Urbanis adalah orang yang berusaha memahami bagaimana isu sosial, ekonomi, politik, kebudayaan, dan lingkungan hidup mempengaruhi proses, bentuk dan kehidupan di kota. Urbanis tidak mengharuskan secara spesifik berasal dari latar belakang tertentu. Bisa saja seorang dokter yang memiliki ketertarikan soal kota dan belajar memahami pembentukan kota dari kaca mata kesehatan masyarakat.
Karena proses pembentukan kota dan pengkotaan itu kaya dan dinamis, maka pada akhirnya proses memahami apa itu urban menghasilkan urbanisme yang kaya juga. Sepanjang pengalaman pribadi belajar, ini deretannya: smart urbanism, temporary urbanism, schismo-urbanism, revanchist urbanism, feminist urbanism, tactical urbanism, platform urbanism, speculative urbanism, frontier urbanism, plot-based urbanism, subaltern urbanism, dan sebagainya. Di satu sisi, beragam sudut pandang membentuk terjadinya jargon baru, dan mungkin membingungkan. Namun di balik jargon tersebut, ia tetap memperkenalkan pengetahuan baru yang membantu kita memahami apa yang terjadi di kota.
Untuk itulah Rujak menyelenggarakan Sekolah Urbanis. Mengajak pesertanya, dari apapun latar belakangnya, untuk kritis pada proses produksi dan produk serta ruang kota itu sendiri. Karena kota kita, baik masa kini maupun dan masa depannya terlalu berharga jika hanya diserahkan kepada yang “ahli” saja, perencana kota atau pemimpin.